Unknown
Liputan6.com, London: Melihat materi pemain Manchester City jauh lebih diunggulkan alias difavoritkan ketimbang Stoke City ketika kedua tim bertemu di babak final FA Cup musim 2010-2011 yang akan berlangsung di Wembley Stadium, London, Sabtu (14/5) besok siang waktu setempat. Meski demikian, The Potters, julukan Stoke, bisa belajar dari keberhasilan tim-tim underdog yang kerap membuat kejutan di partai pamungkas turnamen sepakbola tertua di muka bumi ini.

Seperti yang dilansir The Telegraph, sejak awal abad ke-20, setidaknya tujuh pertandingan babak final FA Cup menghasilkan pemenang yang di luar prediksi banyak orang, termasuk tentunya bandar taruhan. Dalam arti, di atas kertas Stoke masih berpeluang untuk meraih gelar pertamanya sepanjang sejarah. Meskipun melihat posisi kedua tim di klasemen Liga Premier, keduanya hanya terbentang tiga strip, kemenangan yang diraih skuad Tony Pulis esok hari masih pantas disebut sebagai kejutan.

Berikut tujuh pertandingan final penuh kejutan yang tidak terlalu berlebihan kiranya disebut sebagai laga pembunuh raksasa. Yang menarik, enam di antaranya berakhir dengan hasil 1-0 untuk tim pemenang. Jadi Stoke cukup mencetak satu gol ke gawang Joe Hart dan mempertahankan keunggulan sampai peluit akhir berbunyi

Pertama, 1901: Tottenham Hotspur vs Sheffield United 3-1 (replay setelah di partai pertama bermain imbang 2-2). Laga final pada 1901 merupakan partai puncak kali pertama yang difilmkan. Spurs menjadi tim non-liga pertama yang meraih gelar FA Cup sejak liga dibentuk 1888. Saat itu, Sheffield sangat difavoritkan. Sebab, dua musim sebelumnya Sheffield menjadi jawara First Division dan runner-up di musim berikutnya. Namun, di partai ulangan, Spurs yang berjaya melalui gol-gol yang dicetak John Cameron, Tom Smith, dan Snady Brown.

Kedua, 1939: Portsmouth vs Wolves 4-1

Partai final FA Cup terakhir sebelum dibekukan selama tujuh tahun menyusul terjadinya Perang Dunia II. Jelang laga final, Wolves yang menempati peringkat dua klasemen tampil sebagai kandidat kuat peraih gelar, sementara Pompey justru sedang terbaring di zona degradasi. Akan tetapi, ekspektasi yang tinggi membuat Wolves yang sebagian besar berintikan pemain muda justru tergelincir.

Ketiga, 1973: Sunderland vs Leeds United 1-0

Datang ke Wembley, Leeds berstatus juara bertahan dan diperkuat 10 pemain internasional. Laga final itu pun menjadi kali ketiga dalam empat tahun berturut-turut. Di lain pihak, The Black Cats berada di jurang degradasi Second Division. Gemilangnya David Watson di jantung pertahanan Sunderland membuat The Whites frustasi. Di bawah hujan lebat, gol Ian Portefield ketika babak pertama berlangsung 31 menit menjadi satu-satunya gol yang tercipta di laga tersebut. Di sisa waktu, Leeds tak kunjung kuasa menembus rapatnya pertahanan Sunderland.

Keempat, 1976: Southampton vs MU 1-0

Salah satu partai pembunuh raksasa yang tak akan dilupakan sepanjang sejarah FA. Hampir selama 90 menit, Setan Merah mendominasi jalannya pertandingan. Gemilangnya penampilan kiper The Saints Ian Turner di bawah mistar membuat gempuran anak-anak asuhan Tommy Docherty membentur dinding tebal. Gol telat Bobby Stokes membuat MU gigit jari.

Kelima, 1980: West Ham United vs Arsenal 1-0

Sundulan aneh dari Trevor Brooking ketika babak pertama baru berjalan 13 menit membuat The Hammers menjungkirbalikkan prediksi banyak kalangan dengan menundukkan The Gunners 1-0. Gelar FA kedua bagi West Ham dalam lima tahun terakhir. The Hammers menjadi klub terbanyak di luar klub-klub elite yang mampu meraih gelar.

Keenam, 1988: Liverpool vs Wimbledon 1-0

Ambisi The Reds mencetak gelar ganda alias double winners di musim 1987-1988 kandas. Adalah Wimbledon yang terkenal dengan Crazy Gang-nya yang menjadi momok bagi Peter Beardsley dkk. Sepanjang pertandingan, Liverpool mutlak menguasai jalannya permainan. Ketangguhan kiper Dave Beasant, di antaranya menepis tendangan penalti John Aldrige di menit ke-60, plus keberuntungan ketika gol Beardsley dianulir membuat Wimbledon yang telah unggul 1-0 sejak menit ke-37 lewat gol Lawrie Sanchez mengukir sejarah memenangkan gelar FA Cup kali pertama.

Ketujuh, 1995: Everton vs MU 1-0

Meski hanya kemasukan satu gol sejak turnamen dimulai, Everton tetap berstatus underdog saat bertemu dengan Setan Merah. Lagipula, saat itu performa The Toffees di kancah premiership begitu buruk, nyaris terdegradasi. Namun, di Wembley Stadium, performa anak-anak asuhan Joe Royle begitu berbeda.

Dengan sepak terjang menawan yang ditampilkan Anders Limpar, gawang MU yang dijaga legenda Denmark Peter Schmeichel jebol oleh sundulan Paul Rideout yang unggul dalam berebut bola dengan kapten MU Steve Bruce yang akhirnya cedera dan keluar digantikan Ryan Giggs. Minus Andy Cole dan Eric Cantona, Giggs dkk mencoba mengejar ketinggalan. Namun, gemilangnya penampilan kiper Nevile Southall di bawah mistar membuat MU gagal menyeimbangkan kedudukan, termasuk peluang emas Paul Scholes yang telah berhadap-hadapan dengan Southall.(MEG/Telegraph)
0 Responses

Posting Komentar